
Peringatan Hari Film Nasional yang dirayakan setiap 30 Maret, dilakukan juga oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kemarin siang (30 Maret 2017), bertempat di Basecamp PSI Jl. Wahid Hasyim no 194 Jakarta Pusat, digelar diskusi bertajuk “Kabar Baik Perfilman Indonesia”, yang dihadiri oleh puluhan media, mengundang hadir narasumber tokoh-tokoh film nasional, yakni Slamet Rahardjo Djarot (Aktor Senior, Sutradara), Iman Brotoseno (Sutradara), Angga Sasongko (Sutradara), dan Grace Natalie (Ketum PSI).
Para narasumber mempunyai pandangan yang sama, bahwa film Indonesia sudah menunjukkan kemajuan yang baik, produksi film Indonesia sudah semakin meningkat, namun pada tataran kualitas film, kebijakan/regulasi terkait industri perfilman, ataupun sikap pemerintah, para narasumber sepakat banyak hal yang masih harus diperbaiki.
Grace Natalie yang pernah berkecimpung dalam dunia penyiaran televisi, dan kini menempuh jalur politik dengan mendirikan partai, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), memiliki pemikiran dan pendapat tersendiri dalam merespon realitas dunia perfilman di Indonesia. Gerejani Dot Com dibantu rekan Donny, berkesempatan mewawancarai Grace secara khusus setelah diskusi berakhir (klik link untuk mendengarkan wawancaranya).
Grace mengungkapkan rasa bangganya melihat kondisi saat ini, dunia perfilman di Indonesia saat ini memiliki momentum kebangkitan. “Kita bangga sekali sekarang, film Indonesia sudah semakin banyak yang penontonnya tembus diatas 1 juta, apalagi kita lihat sepanjang tahun 2016, sudah lebih dari 10 film. Jadi sudah dapat momentum yang lebih baik, sekarang juga anak-anak muda punya semangat nonton film Indonesia, ga hanya hollywood doang. Tetapi akan lebih baik lagi seandainya, pemerintah bisa punya keberpihakan yang jelas ke film-film nasional”.
Mencermati perkembangan perfilman negara-negara tetangga. Seperti Korea Selatan, Grace melihat bahwa Korea Selatan pernah mengalami kondisi seperti yang Indonesia alami saat ini. “Kalo kita lihat Korea Selatan, bagaimana mereka sudah pernah mengalami apa yang Indonesia alami saat ini, dimana film-film luar lebih mendominasi, tetapi ketika pemerintahnya menunjukkan keberpihakan yang totalitas disitu, industri bisa berkembang hingga seperti saat ini. Dan saya pikir memang, pertama pemerintah dan kita semua menyadari, bahwa film ga hanya sekedar hiburan, atau produk budaya begitu ya. Tetapi film kalo diurus dengan baik dan benar, bisa punya efek ekonomi dan politik yang sangat kuat dan luas” demikian ujar Grace.
Lebih lanjut Grace mengutarakan pemikirannya “Kita berharap pemerintah bisa punya keberpihakan, mulai dari hulu hingga hilir, ciptakan ekosistem yang baik, agar industri film itu bisa berkembang dan bertumbuh, tidak hanya sekedar pembuatan, tetapi juga tata edarnya, distribusinya, itu bisa diatur dengan baik, sehingga industri kita bisa lebih baik, mumpung kita sudah dapat momentumnya”.
PSI sebagai partai berharap memiliki tangan-tangan sampai dengan regulasi, karena kalau berharap pada kebijakan yang temporer, ganti menteri ganti lagi kebijakan. “Satu-satunya cara, kita harus bisa masuk dalam regulasi, kita buat undang-undang yang lebih ramah kepada industri film, atau bisa sampai dengan, kita berkaca pada negara-negara tetangga, seperti Malaysia sampai Korea, mereka bisa menyediakan policy pajak, memberikan potongan pajak sampai dengan cash rebate untuk orang-orang yang membuat film disana, nanti efeknya ya ke pariwisata, ekonomi dan sebagainya. Jadi kita mengupayakan sampai disana, ada kebijakan yang berpihak pada film, sampai dengan produk regulasi, jadi pemimpin boleh ganti, tapi regulasinya ga ganti-ganti lagi, dan tetap menguntungkan industri film” demikian pemikiran yang diungkapkan Grace. (DPT)
