
Muliansyah Abdurrahman salah seorang Direktur BUMD dari Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat, saat dialog dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional, pada Senin kemarin (22 Mei 2017) di RPK FM 96,30, mengemukakan bahwa terkait masalah kesejahteraan daerah sebagai pilar kebangkitan nasional, ada beberapa pemikiran. Pertama, Indonesia timur mempunyai sumber dan potensi alam yang cukup melimpah, bahkan dapat dikatakan “Sepotong Surga” di Indonesia, ada di wilayah timur, itu yang menjadi pijakan kami, bahwa Indonesia sangat kaya“. Kedua, berbicara potensi dan sumber alam yang berlimpah, tetapi soal kesejahteraan, kesenjangan, soal kemiskinan, soal keberpihakan, ini menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan. “Ada hal yang perlu kita diskusi bersama oleh kita semua, karena kalau kita orang Indonesia, kemudian Indonesia yang bagus, Indonesia yang sejahtera, Indonesia yang baik hanya diwilayah barat, tentu kami merasa terpinggir, tentu kami merasa ada sesuatu yang kurang” demikian dilanjutkan oleh Muliansyah yang juga seorang akademisi.
Tantangan dan hambatan diwilayah timur adalah sebenarnya masalah infrastruktur, sehingga menyangkut kebijakan penetapan kesamaan harga BBM secara nasional, menurut Muliansyah belum baik bagi masyarakat. “Sorong itu sebenarnya kilang minyak, salah satunya, tapi riset kami, ternyata disamping-samping kilang-kilang itu, masih banyak (masyarakat) yang tidak punya lampu, sarjana pun cuma satu dua orang, akses kesehatan pun, ada CSR dari Pertamina, Petrocina, dan BUMN yang ada disana, tapi ternyata hanya dibangun, misalkan pustu, ada pusat kesehatan disitu, tapi tidak ada bidannya, tidak ada dokternya, pasiennya malah kembali pada pengobatan tradisional. Ini sebenarnya sudah ada kebijakan-kebijakan yang berpihak terhadap wilayah timur, tapi kalau kita melihat secara realitas, ternyata masih banyak yang perlu dibenahi, sehingga kesejahteraan ini terlihat” ujar Muliansyah.
Soal otonomi khusus yang sudah berjalan sekitar 16 atau 17 tahun, Muliansyah mengemukakan bahwa masyarakat banyak yang tidak mengetahui tentang otonomi khusus. Muliansyah berpendapat perlu ada evaluasi terhadap otonomi khusus. “Pendidikan 20%, ini berapa persen, itu berapa persen, tapi mereka masuk ke kampus-kampus malah masih bayar, otonomi khusus dimananya?”.
Sekalipun wilayah timur merupakan daerah penghasil minyak, tetapi masyarakat sering mengantri untuk mendapatkan BBM, bahkan ada beberapa daerah mengalami pemadaman listrik secara rutin.
Muliansyah juga mengungkapkan bahwa salah satu kendala pembangunan diwilayah timur, khususnya Papua, minimnya keberadaan media. Masyarakat masih sangat sulit mendapatkan akses informasi.
Muliansyah menjelaskan bahwa persoalan pembangunan, harus dilihat dari berbagai aspek, pertama PAD di daerah, kedua sumber daya manusia dan yang ketiga Kebijakan Kepala Daerah. Muliansyah mengatakan, “Situasi pembangunan ini juga tidak lepas dari niat dan inovasi dari pemimpinnya, kadang ada yang inovasinya bagus tetapi tidak diniatkan membangun, begitupun sebaliknya”.
Lebih lanjut Muliansyah mengemukakan, ”Saya ingin jujur bahwa di Kabupaten kami di Raja Ampat, telah melakukan berbagai terobosan dalam sektor pariwisata, dan bahkan mendunia, untuk itu saya optimis daerah-daera lain juga bisa. Jangan sampai pola pikir kita hanya terfokus pada anggaran, kita harus tunjukan kepada bangsa ini, meskipun terpinggirkan, tetapi kita bisa maju, intinya harus punya inovasi dan niat yang tulus” demikian ujar Direksi salah satu BUMD dalam Raja Ampat Enterprises (RAE) Group. (DPT)
