
Kongres II Partai Demokrat telah berakhir pada tanggal 23 Mei 2010 malam hari, secara resmi ditutup oleh Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono. Kongres telah menghasilkan kepemimpinan baru dalam tubuh partai pemenang pemilu 2009, yakni Anas Urbaningrum Ketua Umum DPP PD periode 2010-2015.
Mencermati kemenangan Anas yang sejak awal, bahkan jauh sebelum pelaksanaan kongres, mengalami pengecilan kapasitas oleh salah seorang calon Ketua Umum lainnya. Bahkan calon tersebut tidak jarang menggembar-gemborkan bahwa dirinya akan menang dengan cara aklamasi, dikarenakan dirinya adalah satu-satunya calon yang direstui dan didukung SBY.
Andi Mallarangeng dan SBY tentu tidak dapat dikatakan tidak mempunyai hubungan kedekatan tertentu, terlebih dengan dipercayanya Andi menjadi jurubicara SBY ketika periode Kabinet Indonesia Bersatu jilid I, dan kini kembali dipercaya SBY membantu menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, jelas dan nyata ada kedekatan tertentu antara Andi dengan SBY.
Keberadaan Eddhie Baskoro (Ibas) dalam Tim Sukses Andi, dan selalu tampil terdepan mengusung Andi dalam berbagai pertemuan dan pendekatan dengan basis partai, semakin memperkokoh citra diri Andi sebagai calon yang didukung SBY. Belum lagi mesin kampanye yang dimotori adik kandung Andi, yakni Choel Mallarangeng dengan Fox Indonesia-nya, semakin memperjelas perbedaan strategi dan kapasitas kampanye antara Andi dengan Anas.
Mencermati secara seksama langkah politik Andi dengan pendekatan permainan pencitraan, rasa percaya diri berlebihan, berlindung dibalik klaim dukungan SBY, pengelolaan pertemuan secara elit dan terkesan menghamburkan uang (untuk hal yang satu ini, nampaknya KPK, PPATK, atau ICW dapat menelisik aliran dana yang masuk ke rekening Andi, Tim Sukses ataupun Fox Indonesia), belum lagi minimnya komunikasi politik langsung (political personal communication) kepada para pemegang keputusan politik, ternyata membuahkan hasil yang membalikkan harapan seratus delapan puluh derajat, dari harapan menang secara aklamasi, menjadi kalah secara deklamasi.
Padahal pernyataan yang dikeluarkan oleh Tim Sukses Andi, pola kampanye yang dipakainya (diatur oleh Fox Indonesia) adalah mengadaptasi pola kampanye pilpres 2009 yang menghantar SBY menjadi Presiden RI dengan menang satu putaran.
Apakah kekalahan Andi dalam Kongres II PD yang baru lalu, berarti juga kekalahan Fox Indonesia (yang selama ini mengklaim berada dibalik upaya pemenangan sejumlah proses pemilihan politik, termasuk pemilihan Aburizal Bakrie, dan tokoh parpol lainnya)? Apakah gagalnya strategi kampanye Fox Indonesia untuk Andi, akan berarti PD tidak akan menggunakan Fox Indonesia sebagar konsultan politiknya di masa mendatang? Jawaban atas pertanyaan itu semua, hanya ada pada Anas Urbaningrum dan SBY. (DPT)