MENGENANG I.L NOMMENSEN RASUL BANGSO BATAK
Rabu, 22 Mei 1918, jelang pukul 7 malam, suasana senyap mewarnai Pargodungan Sigumpar. Rumah kediaman Nommensen di samping gereja juga sepi. Sepeninggal kunjungan misionaris Steinsick dan Nyonya Brinskscmidt sore tadi, kondisi kesehatan Nommensen tampak semakin buruk. Ia terbaring lemah di tempat tidur.
Ia mengeluhkan dadanya yang sesak sehingga susah menarik napas, tubuhnya pun sakit seperti dirobek-robek. Anak dan menantu yang menungguinya kelihatan cemas. Nommensen minta dipijat, namun diurungkannya lagi karena tubuhnya terasa sakit.
